MISTERI SULIKAH EPISODE 3
PENYIKSAAN SULIKAH (EPISODE 3)
Yadi kemudian membawa Sulikah ke kamar mandi lalu dikunci.
“Masuk! Dasat tompel!” bentak Yadi.
Brak!
Glek!
“Ayah, aku tak mau di sini. Hu hu hu.”
Dok!
Dok!
Dok!
“Ayah, buka! Hu hu hu.”
Dok!
Dok!
Dok!
“Ayah!”
Kejadian itu benar terjadi hingga pagi tiba.
Sungguh suatu hal yang menyedihkan. Dengan kesalahan sekecil
itu mereka tega berbuat kejam tanpa pedulikan perasaan seorang anak. Sulikah
menjalani hukuman hingga pagi dengan dikunci di dalam kamar mandi.
****
Dari biro khusus asisten rumah tangga akhirnya Yadi mendapat
seorang pembantu yang bernama Sugiyem. Orangnya lembut parasnya, hanya saja
menunjukkan seorang yang penuh kesabaran. Sementara penampilannya cukup menarik
dengan rambutnya yang panjang.
Dengan cepat Sugiyem bisa membaur dengan keluarga Yadi.
Masakan Sugiyem sangat cocok dengan kehendak mereka. Sugiyem
juga sangat sayang pada Sulikah.
Dia merasa kasihan dan simpatik pada gadis kecil itu. Dia
juga sering mengajak Sulikah tidur bersamanya.
Sulikah kembali bersemangat. Gadis kecil itu sangat senang
dengan sikap baik Sugiyem yang mampu menggantikan posisi ibunya. Sulikah selalu
menantikan dongeng yang diceritakan pembantunya itu sebelum tidur.
****
Beberapa bulan
kemudian.
Hari ini Yadi libur kerja.
Bersama istrinya, dia menunggu Diah yang sudah mulai belajar
merangkak, dan mereka ada diruang keluarga.
Sementara Sulikah yang ditinggal Sugiyem belanja ke pasar
bergabung dengan anggota keluarganya.
Ada rasa rindu dihatinya untuk bergabung hangat seraya penuh
canda, tapi Sulikah hanya berani duduk agak jauh sambil melihat adiknya yang
dimanja.
Betapa Suikah ikut bahagia saat aduknya dimanja begitu rupa
oleh orang tuanya.
Hingga beberapa saat kemudian Diah terlepas dari pantauan
Yadi maupun Sri. Mereka asyik dalam mengobrol juga menonton acara televisi.
Perlahan Diah merangkak menuju ke arah Sulikah, namun saat
melewati meja, anak kecil itu berbelok arah lalu memegang kaki meja. Dengan
segera Sulikah mencegah dan satu hal buruk pun terjadi. Diah tersentak kaget
lalu menangis.
Duk!
Sulikah bertambah ketakutan saat keluar darah di kening sang
adik.
“Ua ... ua ... ua.”
Ternyata Diah tertimpa keramik antik yang terjatuh saat kaki
meja digoyang-goyang oleh Diah tadi.
Keramik mahal itu pun pecah terbentur lantai.
Prang!
Yadi dan Sri berlari mendekat segera.
Sri lantas menggendong Diah sambil mengusap darah di
keningnya, sementara Yadi yang emosi melihat
kejadian itu langsung menghajar Sulikah.
Plak!
“Anak setan!”
“Kamu apakah adikmu, ha!”
Blak!
Pak!
Duk!
“Aduh ....” rintih Sulikah yang terus menerima pukulan dari
ayahnya.
Buk!
Duk!
Yadi kemudian mengambil kemoceng.
Sulikah terus dipukul pada punggung dengan kemoceng yang ada
di tembok. Kemarahan yang memuncak itu membuat Yadi benar-benar melakukan hal
yang tidak manusiawi.
Kemudian dihantamkan ke kepala Sulikah pada meja.
“Anak setan!”
Duk!
Mengucur darah segar dari pelipis.
Cur!
Sulikah dihajar habis-habisan.
Setelah itu Sulikah pun diseret keluar rumah dan diusir. Yadi
benar-benar seperti orang kesetanan.
Sulikah terus menangis sambil meminta ampun pada ayahnya,
namun dengan kasar Yadi meminta Sulikah agar segera pergi meninggalkan rumah.
Tanpa ada belas kasih, Yadi menutup pintu dengan keras.
Brak!
“Yah, ampun! Hu hu hu.”
“Ayah, ampun.” Kata
maaf disertai tangisan Sulikah sambil menggedor pintu.
Dok!
Dok!
“Ayah.”
Tidak dihiraukan ayahnya, Sulikah pun berjalan gontai
meninggalkan rumah.
Tidak ada tetangga yang peduli padanya. Mereka sibuk dengan
urusan masing-masing. Sulikah berjalan dan terus berjalan dengan sesekali
mengusap darah di kepalanya.
****
Berjalanlah Sulikah
hingga taman kota.
“Halo, Adik.”
“Adik, mau ke mana?”
“Kenapa dengan kepalamu?” Fitrah pemuda yang sedang duduk di
taman pinggiran kota merasa iba terhadap keadaan Sulikah.
Setelah mengetahui keadaannya, Fitrah segera menolong Sulikah
dengan membawanya menuju Puskesmas terdekat.
****
Di rumah Yadi.
Sugiyem menyiapkan makan malam.
Dalam hatinya terus bertanya-tanya tentang keberadaan Sulikah.
Sepanjang hari ini dia tidak melihat anak itu mendekati dirinya, namun dia
belum berani menanyakan pada sang majikan.
“Yem, antarkan ini pada Bu Eva, ya,” ucap Sri setelah Sugiyem
selesai menyiapkan makan malam.
Tanpa banyak cakap, Sugiyem meraih bungkusan plastik di sudut
meja makan, lalu beranjak melaksanakan perintah sang majikan untuk mengantarkan
bungkusan itu ke rumah Bu Eva.
Bu Eva sendiri adalah salah satu tetangga Sri yang rumahnya
berjarak cukup jauh.
Segera Sugiyem pamit, lalu melangkah meninggalkan majikan
yang bersiap makan malam.
****
5 menit kemudian.
Sugiyem sudah kembali pulang. “Lho kok cepet banget, Yem?”
tanya Sri.
Sugiyem lantas menjelaskan kalau barang tersebut dititipkan
pada temannya yang kebetulan lewat rumah Bu Eva.
Karena barang tersebut tidaklah begitu penting maka Sri tidak
mempermasalahkannya dan kembali menikmati makan malam bersama suaminya.
Sugiyem melihat majikannya sedang bersantai makan malam,
membuat ia memberanikan diri bertanya tentang keberadaan Sulikah.
“Maaf, Bu.”
“Dari tadi saya kok tidak melihat Sulikah. Ke mana dia?”
“Ana itu sudah mati!” ucap Yadi kasar.
Setelah ucapan itu terlontar, tiba-tiba meja makan bergetar.
Satu persatu hidangan di atas yang terjatuh ke lantai.
Prang!
Brak!
Prang!
Lambu kemudian padam.
Pet!
Lalu Hidup Kembali.
Tretet!
Sri yang masih bingung dengan keadaan yang mendadak menegangkan
dikejutkan dengan Sugiyem yang membuka wajahnya seperti membuka topeng.
Wajahnya penuh dengan darah, sementara wajah mengerikan
seraya tertawa sangat menakutkan.
“Ha ha ha.”
Lampu kembali padam.
Pet!
Nyala kembali.
Tretet.
“Kalian akan menerima akibatnya nanti!”
Yadi melempar apa pun yang ada di dekatnya, dan menyerang
sosok tersebut.
Sementara Sri berteriak. Dia semakin histeris saat mendengar
anaknya mulai menangis di dalam kamar.
BERSAMBUNG KE EPISODE 4
No comments:
Post a Comment